BANDARLAMPUNG, RUANGBERITA.CO.ID- Pengurus Yayasan Panti Asuhan Qoroba Mulya, Al Arof mengklarifikasi terkait adanya dugaan kekerasan yang dilakukan terhadap empat anak di Yayasan Panti Asuhan Qoroba Mulya di Jalan Soekarno Hatta kelurahan Way Dadi Baru kecamatan Sukarame. Jum’at (2/5/2025).
Dalam kesempatan ini, Al Arof di dampingi Babinsa setempat, RT, dan salah satu keluarga korban, serta dinas sosial kota Bandarlampung.
Al Arof saat ditemui ruangberita.co.id di Yayasan Qoroba Mulya, Arof sapaan akrabnya membantah terkait kabar tersebut. Menurutnya tidak ada aksi kekerasan fisik yang dilakukan terhadap keempat anak yang ada di Yayasan Panti Asuhan Qoroba Mulya.
“Tidak ada penyiksaan, baik itu pemukulan, menampar, ataupun menjambak,” ucapnya.
Dia menjelaskan, bahwa apa yang terjadi bukanlah penganiayaan, hanya menegur untuk mendidik ke empat anak ini agar lebih disiplin dan lebih taat kepada aturan atau tata tertib yang sudah ada di Yayasan Qoroba Mulya.
” Peraturan disini tidak boleh merokok ataupun keluar malam, apalagi menjadi pak ogah, kita khawatirkan mereka mengganggu kenyamanan masyarakat ataupun terjadi hal yang tidak diinginkan karena dijalan kan bahaya,” ujarnya.
Lanjutnya, mereka dikeluarkan karena sudah banyak melakukan pelanggaran dan terus berulang .
“Mereka dikeluarkan karena sudah banyak melakukan kesalahan dan sudah banyak dimaklumi, seperti keluar malam tanpa izin, merokok, punya hp tanpa izin, dan pernah dapat membobol gudang parti,” tegasnya.
Al Arof menyampaikan dengan adanya peristiwa tersebut pihaknya sudah menghubungi wali atau keluarga si anak untuk menjemput karena sudah sekian kali mereka berbuat salah dengan banyak melanggar tata tertib di lingkungan panti asuhan ini.
“Kita sudah menghubungi pihak keluarga seperti walinya atau orang tuanya,jadi kami ingin mengembalikan ke keluarganya, karena susah dididik dengan baik,” ujarnya.
Sehari sebelumnya, keempat remaja mengaku mendapatkan kekerasan fisik seperti dipukul, ditampar dan dijambak. Mereka diusir dan ditemui ruangberita.co.id tengah berada di gardu depan yayasan tersebut berikut tas-tas yang berisi pakaian dan perlengkapan sekolah mereka.
Keempat remaja itu adalah DS, ME, IL, dan JY. Mereka dinilai tak disiplin karena nyambi tukang parkir (pak ogah) lantaran untuk membantu biaya sekolah dan mengurangi beban orangtuanya di kampung. (Din/LN)