BANDARLAMPUNG, RUANGBERITA.CO.ID- Persoalan muncul akibat pelayanan air bersih dari Perumda Way Rilau dalam waktu bertahun-tahun pasokan air yang mengalir ke rumah warga hanya di jam tertentu (dini hari) dan kapasitas air yang mengalir sangat kecil.Selasa (28/5/2024).
Tentunya hal tersebut mendapat keluhan dari warga Kampung Sinar Laut, Gang Tangkil, Kelurahan Kota Karang Raya, Kecamatan Telukbetung Timur, lantaran warga kampung Sinar Laut sangat bergantung terhadap kebutuhan air bersih yang bersumber dari Perumda Way Rilau.
“Warga disini tidak bisa membuat sumur bor karena tempat tinggal kita rata-rata bekas pantai yang kita ubah jadi tempat tinggal, sehingga kita hanya mengandalkan sumber air bersih dari Perumda Way Rilau,” ungkap Gita.
Dalam kesempatan ini Gita menjelaskan air mengalir diwilayahnya pukul 1.00 dini hari selain itu, air ngalirnya kecil jadi kita nunggu sampai jam 4 pagi.
“Kalau hidupnya agak besar terus hidup airnya jam 23.00 kita nunggu sampe jam 2 pagi hari,” jelas Gita.
Hal yang sama diungkapkan Toniah yang mengaku sering begadang hanya menunggu air bersih sendirian karena suaminya bekerja sebagai nelayan.
“Saya mah hafal kalo malam-malam ada yang lewat karena saban malam saya begadang nunggu air. Saya nunggunya sendirian karena suaminya saya kerjanya nelayan,” ungkapnya.
Diketahui, Kampung Sinar Laut, Kecamatan Telukbetung Timur mendapat pemasangan air bersih dari Perumda Way Rilau secara gratis. Dari pengakuan warga mereka mendapatkan pemasangan air bersih tersebut saat jaman mantan walikota Herman HN.
Untuk mendapatkan pemasangan air bersih secara gratis adalah masyarakat berpenghasilan rendah. Akhirnya tidak sedikit yang warga yang menunggak pembayaran air bersih ke Perumda Way Rilau dan anehnya ketika mereka akan mengangsur tunggakannya ditolak oleh perusahaan milik Pemkot Bandarlampung itu.
“Saya pernah mau mencicil tunggakan saya kata petugasnya gak bisa. Padahal saya bawa uang Rp1,5 juta dan tunggakan saya Rp5 juta,” ungkap Hartati.
Menurut Hartati, Warga Kampung Sinar Laut rata- rata kehidupannya adalah nnelayan menurut mereka sejak awal puasa ikan di laut sulit didapatkan. Mereka akhirnya harus memilih untuk menutupi kebutuhan sehari-hari atau membayar air bersih dari Perumda Way Rilau.
“Namanya keadaan kan kerjanya kadang ada kadang nggak jadi kalaupun ada uang ya kami untuk kebutuhan sehari-hari. Tapi niat kami akan tetap membayar tapi kami minta tolong sama Way Rilau supaya kami bisa mengangsur dan sampai kapan kami juga harus menunggu air yang mengalirnya tengah malam,” harap Hartati
Begitu juga Toniah, untuk menutupi pembayaran air bersih dia mengorbankan uang yang rencananya disiapkan untuk anaknya masuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
“Tagihan saya tiap bulan rata-rata Rp300 ribu saya heran padahal saya di rumah hanya enam orang. Tagihan yang sebesar itu akhirnya saya punya tunggakan sebesar Rp1,8 juta. Saya pernah datang ke kantor Way Rilau menanyakan tagihan saya yang besar itu, jawaban petugasnya tidak tahu,” ungkap wanita yang tinggalnya di atas laut itu.
Sedangkan Antasa, sambungan air bersihnya hampir diputus oleh petugas dari Perumda Way Rilau dan akhirnya dia diberi batas pelunasan hingga tanggal 30 Mei.
“Tadi ada petugas yang mau mutus sambungan air saya, terus saya minta kebijaksanaan dan akhirnya saya diberi waktu tiga hari. Saya bingung pak karena saya perkirakan saya dapat uang itu sekitar tanggal 10 Juni,” ungkapnya. (RB)